Filosofi Sepiring Rendang di Kehidupan Sehari-hari

Foto: www.fimela.com

Rendang merupakan olahan daging sapi dan daging kerbau atau telur yang dimasak dalam suhu rendah dalam waktu lama dengan menggunakan aneka rempah-rempah dan santan. Proses marandang akan berpengaruh pada ketahanan atau daya tahan makanan tersebut.

Nah, selain itu, rendang juga memiliki berbagai filosofi dalam tiap bahan yang terkandung didalamnya. Orang Minang percaya bahwa saat memasak rendang ada tiga makna filosofis yang ada di baliknya, yaitu kesabaran, kebijaksanaan, dan kegigihan.

Saat memasak rendang, seseorang membutuhkan kesabaran dan kegigihan dalam mengaduk, serta kebijaksanaan dalam mengatur suhu api. Filosofi rendang bagi masyarakat Minangkabau adalah musyawarah dan mufakat.

Daging sapi yang dipakai di dalam rendang memiliki berbagi arti. Daging menjadi penggambaran Niniak Mamak, Datuak, Atau Penghulu. Mereka adalah sosok orang yang memimpin kaumnya sebagai ketua adat agar hidup harmonis dan sesuai dengan norma masyarakat.

Santan menggambarkan kelompok cendekiawan yang kerap membantu tetua adat memecahkan masalah.

Lada dalam rendang Padang menggambarkan sosok ulama yang menegakkan syariat Islam dalam masyarakat.

Sedangkan aneka bumbu lainnya yang banyak dalam rendang Padang menggambarkan kondisi masyarakat Minangkabau yang terdiri dari berbagai suku.

Rendang pada akhirnya tidak hanya disajikan dalam acara-acara adat tertentu saja. Rendang juga menjadi makanan yang menjadi santapan khas sehari-hari masyarakat Minangkabau, juga menyebar ke banyak daerah di Indonesia bahkan dunia.

Facebook
Twitter
WhatsApp

Rekomendasi